Doa Seorang Guru

Beberapa waktu lalu, ketika libur semester, aku berkunjung ke sekolahku. Di sana, aku bertemu dengan banyak guru-guru.  Mereka tampak antusias dengan kedatanganku. Namun sayang, karena aku  datang sore hari, sudah banyak guru-guru yang pulang. Tapi tak mengapa, satu per satu kusalami mereka.

Ada satu guru yang cukup berkesan bagiku. Namanya Ibu Mulyani, guru bahasa Indonesia. Ketika SMA, aku paling suka pelajaran bahasa Indonesia, apalagi ketika diajar oleh Ibu Mulyani.  Ia sosok yang baik, semangat, ceria, dan lucu. Sehingga, aku paling aktif dan antusias setiap pelajaran bahasa Indonesia. Terlebih-lebih ketika materinya berkaitan dengan berita, surat pembaca, editorial, dan konten berbau jurnalistik. Maklum, ketika SMA aku ketua ekskul jurnalistik.

Aku ingat jelas, ketika itu aku masih menggebu-gebu ingin menjadi jurnalis. Setiap ada guru yang menyakan padaku tentang cita-cita, selalu kujawab, "jurnalis!".

Sore itu, ketika aku menyalami Ibu Mulyani, kami bercerita singkat. Di akhir pembicaraan kami, Bu Mulyani berpesan, "Wira, kapan nih Ibu lihat kamu muncul di TV jadi reporter?" tanya Bu Mulyani semangat.

Aku menelan ludah. Waduh, bukannya aku sudah tidak begitu bergairah ingin menjadi jurnalis? Bukannya aku ingin pindah haluan menjadi seorang praktisi PR dan dosen saja? Memang sih, keinginan menjadi jurnalis masih ada, tapi sudah tidak seperti dulu yang begitu menggebu-gebu.

"Wah, doakan saja secepatnya, ya, Bu..." ucapku spontan.

"Ayo, ayo, target dong. Mau di mana? Kompas? Metro? Asal jangan di Tivi Wan aja ya... hahaha," guyonnya.

"Mudah-mudahan Kompas, Bu. Semoga dua tahun lagi ya, Bu..." balasku.

"Siapppp.... dua tahun lagi ya, Ibu tunggu kamu di layar Kompas!" ujar Bu Mulyani mengakhiri pembicaraan karena ia harus segera mengajar.

"Amin, Bu... doakan ya..." aku menyahutinya.

Aku tidak menyangka cita-citaku ingin menjadi jurnalis sangat diingat oleh guru-guru. Mungkin ini karena ketika SMA, aku sangat aktif di ekskul jurnalistik? Hahaha bisa jadi... Baik menjadi jurnalis, praktisi PR, dosen, atau apapun nanti, aku harus tetap semangat dan bertanggung jawab. Apalagi aku sudah didoakan seorang guru.

Sebagaimana doa orang tua, aku juga yakin doa seorang guru pasti manjurrrr. Amin!

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu