Posts

Showing posts from 2018

Saya Beruntung Hidup di Lingkungan yang Multikultur

Image
Saya merasa beruntung. Lingkungan tempat saya tinggal, bersekolah, dan berinteraksi adalah lingkungan yang multikultur. Tepat di belakang rumah saya, ada sebuah masjid. Berjalan beberapa langkah keluar dari kompleks perumahan saya, berdiri sebuah kelenteng. Sudah menjadi hal yang lumrah mendengar pembacaan ayat-ayat Alquran beberapa saat sebelum memasuki waktu salat. Tiap ramadan, selalu terdengar tausiah sebelum magrib. Demikian pula ketika menjelang Imlek dan hari-hari besar perayaan Khonghucu, kelenteng di depan kompleks perumahan saya selalu dipadati dengan mobil dan orang-orang yang ingin bersembahyang. Di sekolah juga demikian. Meski saya bersekolah di sekolah Katolik, namun murid-muridnya mayoritas bukan Katolik. Ibaratnya Indonesia mini, Anda bisa menemukan murid dengan beragam latar belakang suku dan agama. Sebut saja, mulai dari yang beragama Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, hingga Khonghucu berinteraksi dan belajar bersama di sekolah. Atau murid yang bersuku Bata

Crazy Rich Asians: Bukan Sekadar Kisah Cinta

Image
Saat Rachel Chu mengatakan bahwa ia dan pacarnya—Nick Young—sama-sama orang Tionghoa, Kerry Chu, ibunda Rachel, langsung membantah. Kerry menyebut Rachel dengan “ yellow on the outside, white on the inside .” Walaupun secara fisik Rachel adalah orang Tionghoa, tapi ia dibesarkan dengan budaya Amerika. Tentu caranya memandang dunia berbeda dengan mayoritas orang Tionghoa yang dibesarkan dengan budaya Asia.  Meski teman saya tidak menyukai film ini karena ceritanya hanya berkutat pada kisah cinta, tapi bagi saya film ini menyampaikan konflik yang lebih jauh daripada sekadar kisah cinta. Film ini berani mengeksplorasi konflik budaya antara Tionghoa-Asia dengan Tionghoa-Amerika atau yang sering dijuluki ABC ( American Born Chinese ).  Rachel yang secara genetik tampangnya sangat Tionghoa, berprofesi sebagai profesor ekonomi, dan bisa berbahasa Mandarin, bahkan disebut oleh Eleonor Young, ibu Nick, bukan bagian dari g a gee lang (kaum sendiri). Apa yang disebut Eleonor Youn

Rasakan Manis-Getir Cinta di Love Lost

Image
Aku harus menyalahkan tanganku yang nakal. Karena jenuh, tangan ini meraih sebuah buku yang tergeletak di atas meja tidak jauh dari laptopku. Padahal, besok aku masih ujian. Buku itu ialah Love Lost , karangan dosenku yang baru kubeli kemarin. Niat awal hanya baca-baca sepintas di halaman awal. Rupanya semakin kubaca, semakin tidak ingin berhenti aku dibuatnya. Buku ini berisi kumpulan puisi, prosa, cerpen, dan kutipan yang ditulis Abdul Qowi Bastian, dosenku di tiga semester berturut-turut.  (Bukan) Pujangga adalah puisi pembuka sekaligus menjadi puisi favoritku di buku ini. Singkat namun membangkitkan libido membaca. Sebagaimana arus yang menghanyutkan perahu kertas, Love Lost berhasil menganyutkan hati menjadi kondisi tak terdeskripsikan. Sendu? Jelas. Geram? Iya. Hebatnya Qowi, begitu ia akrab disapa, berhasil menyelipkan humor di tengah-tengahnya, dengan puisi berjudul Untuk Dia yang Pernah Mampir .  Jika memang sosok "aku" di buku ini ada

Pria Unjuk Selera

Image
Finalis Mr & Ms UMN saat Opening Ceremony pada 12Maret 2018. Foto dari Instagram @mrmsumn Langkah perempuan-perempuan itu berlenggak-lenggok di depan panggung. Seraya mengenakan gaun batik, tangan kanan mereka menggandeng pasangan masing-masing yang juga berbatik. Mereka adalah sepuluh pasang finalis Mr & Ms UMN 2017, sebuah kontes mencari role model di kampus Universitas Multimedia Nusantara.  Beriringan dengan musik pengiring, mereka melakukan catwalk sebagai acara pembuka pada Grand Opening Mr & Ms UMN 2018, yang digelar pada petengahan Maret lalu. Pemandangan seperti ini bisa disebut perdana di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pasalnya, sejak kontes pemilihan role model ini pertama kali digelar pada 2013, kontes ini hanya bernama Miss UMN. Pesertanya pun hanya ditujukan untuk perempuan saja. Pada 2017, kontes ini bertranformasi menjadi Mr & Ms UMN dan sekaligus membuka kesempatan bagi kontestan laki-laki untuk berpartisipasi. “Pihak kampus me

Mengupas Film “The Greatest Showman” dengan Pisau Ilmu Komunikasi

Image
“Cause every night I lie in bed, the brightest colours fill my head. A million dreams are keeping me awake,” Penggalan lirik lagu yang dinyanyikan seorang bocah lelaki bernama Phineas itu boleh disebut sebagai inti dari film yang disutradarai Michael Gracey ini. Bocah itu adalah anak penjahit miskin langganan keluarga yang kaya raya.  Tingkah konyol Phineas saat mengikuti ayahnya ke rumah keluarga si kaya membuat putri si kaya yang bernama Charity jatuh hati. Singkat cerita setelah dewasa, Phineas yang diperankan Hugh Jackman dengan perjuangan, berhasil menikahi Charity yang diperankan Michelle Williams, dengan menjanjikannya mimpi.  Mimpi. Ya, film ini memang mengomodifikasi mimpi yang menjadi nyata. Tapi cara film ini dibungkus dan disajikan pada penonton yang membuatnya istimewa. Film ini dikemas dan dipertontonkan sebagai film musikal.  Saya tidak akan mengulas alur cerita film ini. Selain karena tidak mau memberikan bocoran, kalian bisa membaca alur ceritanya

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu

Image
Gulraj Singh, dewan pembina Sikh Temple Pasar Baru, saat menjelaskan tentang agama Sikh kepada tim liputan pada Jumat, 15 Desember 2017.  (Raisya Tamimi / UMN) Lelaki itu mengenakan serban berwarna hitam. Janggut dan kumis yang sudah memutih dibiarkan tumbuh menghiasi wajahnya. Di tangan sebelah kanan, ada gelang besi berwana perak yang melingkari pergelangannya.  Namanya Gulraj Singh. Ia merupakan putra salah satu pendiri Sikh Temple Pasar Baru, tempat ibadah agama Sikh yang tertua di bilangan Jakarta Pusat. Pagi itu ketika menyambut kedatangan tim liputan, Gulraj baru saja menyelesaikan ibadah pagi berjemaah. Sebagian besar laki-laki pemeluk agama Sikh memang berpenampilan seperti Gulraj Singh. Rambut yang tidak dipotong dan ditutupi serban; janggut yang dibiarkan tumbuh; dan gelang besi di tangan kanan adalah identitas budaya yang mereka perlihatkan. Selain identitas berupa penampilan, pemeluk Sikh juga bisa dikenali melalui nama belakang mereka.  “Umumnya kalau l