Pria Unjuk Selera

Finalis Mr & Ms UMN saat Opening Ceremony pada 12Maret 2018. Foto dari Instagram @mrmsumn

Langkah perempuan-perempuan itu berlenggak-lenggok di depan panggung. Seraya mengenakan gaun batik, tangan kanan mereka menggandeng pasangan masing-masing yang juga berbatik. Mereka adalah sepuluh pasang finalis Mr & Ms UMN 2017, sebuah kontes mencari role model di kampus Universitas Multimedia Nusantara. 

Beriringan dengan musik pengiring, mereka melakukan catwalk sebagai acara pembuka pada Grand Opening Mr & Ms UMN 2018, yang digelar pada petengahan Maret lalu. Pemandangan seperti ini bisa disebut perdana di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pasalnya, sejak kontes pemilihan role model ini pertama kali digelar pada 2013, kontes ini hanya bernama Miss UMN. Pesertanya pun hanya ditujukan untuk perempuan saja. Pada 2017, kontes ini bertranformasi menjadi Mr & Ms UMN dan sekaligus membuka kesempatan bagi kontestan laki-laki untuk berpartisipasi.

“Pihak kampus melihat itu kayak sesuatu yang tidak adil, ada kesenjangan,” ujar Valenia Febe, Ketua Panitia Mr & Ms UMN 2018. “Kenapa yang dipilih yang miss doang. Padahal yang laki-laki juga berpotensi,” sambungnya.

Namun, kendati telah dibuka kesempatan bagi laki-laki untuk mendaftar, Valenia mengaku angka laki-laki yang mendaftar masih kecil jika dibanding perempuan. 

“Mungkin karena memang tabiatnya, laki-laki enggak terlalu suka dengan acara-acara gini,” tuturnya. 

Dari jumlah pendaftar laki-laki yang minim, yang enggan Valenia sebutkan angkanya karena bersifat konfidensial, bisa katakan awareness laki-laki untuk mengikuti kontes-kontes seperti ini masih terbatas. Tidak hanya awareness tentang kontes di kampus yang minim, awareness tentang kontes atau yang biasa disebut pageant untuk pria bertaraf nasional pun tergolong kecil. 

Fakta ini dibuktikan dengan survei sederhana yang tim kami lakukan. Ketika ditanya, “Selain Puteri Indonesia, tahukah kamu ternyata juga ada kontes Putera Indonesia?” Dari 208 responden, hanya 28 responden saja yang menjawab sudah tahu. Selebihnya, sebanyak 180 responden menjawab baru tahu. 

Selain Puteri Indonesia, tahukah kamu 
ternyata juga ada kontes Putera Indonesia?  



Melly Desi Shara, mahasiswi jurnalistik UMN semester enam,  mengatakan ia sebelumnya tidak tahu jika ada kontes Putera Indonesia. Melly mengaku hanya tahu satu kontes male pageant saja.

“Tahunya L-Men (Of The Year) doang, soalnya sering masuk iklan,” ujar Melly. 

Ketika ditanya tanggapannya ketika melihat kontes male pageant, Melly mengatakan merasa sedikit aneh. “Karena biasanya melihatnya cewek, sekarang tiba-tiba cowok,” ungkap Melly. “Cuman kalau untuk kaum wanita, melihat cowok-cowok di panggung itu kayak senang aja,” lanjutnya sambil tersenyum. 

Wajar jika Melly hanya tahu kontes L-Men Of The Year (LOTY).  Sebab, kontes ini bisa dikategorikan sebagai male pageant pertama di Indonesia. Berdasarkan informasi yang kami himpun dari indonesianpageants.com, LOTY pada awalnya hanya merupakan kontes pemilihan brand ambassador produk susu L-Men. Kemudian Mukie Muza selaku pendiri Yayasan Indonesian Pageants, merekomendasikan Nutrifood, produsen susu L-Men, untuk membeli lisensi Manhunt Internasional. Pada 2006, kontes LOTY pertama kali digelar dengan nama L-Men Manhunt Indonesia. 

Menurut informasi yang kami peroleh dari situs berita Rappler, kontes Manhunt International yang didirikan pada 1993 ini disebut-sebut sebagai male pageant terlama di dunia. Di Indonesia, lisensi kontes Manhunt Indonesia dipegang oleh GT Organizer Indonesia. Pada penyelenggaraan terakhirnya pada 2017 lalu, takhta Manhunt Indonesia dipegang oleh Abdul Qowi Bastian. 

Male pageant di Indonesia kini sudah mulai banyak bermunculan. Misalnya seperti kontes Mister Indonesia dan Putera Indonesia. Tim kami pada Selasa, 27 Maret 2018 lalu berkesempatan mewawancarai peraih gelar Putera Indonesia 2017, Reynaldi Rifaldo.  


Putera Indonesia 2017, Reynaldi Rifaldo, saat diwawancarai oleh tim liputan pada Selasa, 27 Maret 2018. Foto oleh Yoga Senjaya.

Simak wawancara kami dengan Reynaldi Rifaldo di sini:

Selaku Putera Indonesia, Reynaldi mengemban tiga misi utama, yakni dalam bidang kehutanan,   kemanusiaan, dan lingkungan hidup. Namun di luar dari tiga misi itu, pemuda yang akrab disapa Aldi ini juga rutin mengampanyekan pola hidup sehat di akun Instagram-nya. 

Aldi mengatakan, salah satu cara untuk hidup sehat adalah mengatur waktu untuk berolahraga. Ia mengibaratkan olahraga seperti berpacaran. Dalam seminggu, setidaknya ia harus menyisihkan waktu untuk bertemu “pacarnya”.

If you don’t have a time, then make it,” ujar laki-laki yang kini berkuliah semester empat di jurusan ilmu komunikasi ini.

Selain mengatur waktu untuk berolahraga, Aldi menambahkan bahwa asupan dan jenis nutrisi yang dikonsumsi juga perlu diperhatikan. Aldi sendiri kini mengurangi konsumsi karbohidrat dan goreng-gorengan. 

“Engga hanya drill (latihan), asupan nutrisi juga penting. Contohnya kalau bulking (membesarkan badan) harus diperbanyak karbohidratnya. Sedangkan proses cutting (mengecilkan badan), nutrisi protein yang harus ditambah,” jelas Aldi. 
Bahkan jika waktu berolahraga terbatas, Aldi mengatakan pola hidup sehat bisa diakali dengan pola makan yang baik. “Olahraga itu 70% dari dapur, artinya 70% dari makanan,” pungkasnya.

Aldi cukup setuju jika mengonsumsi suplemen makanan bisa mempercepat proses meraih tubuh proposional. Ia bahkan cukup banyak mengkonsumsi suplemen pada awalnya. Tapi Aldi juga tidak memungkiri bahwa harga suplemen-suplemen itu mahal. Itu sebabnya ia berhenti memakai produk suplemen. Ia lebih memilih jalan alternatif lain.
“Susu suplemen itu, kan, mengandung banyak protein. Makanya banyakin saja makan makanan yang berprotein, contohnya telur dan tempe,” ujar perwakilan Indonesia dalam kontes internasional Mister Global ini. “Saya sendiri suka banget dengan tempe,” sambungnya. 
Aldi mengatakan, tidak hanya dari segi tampang dan tubuh saja yang dibutuhkan untuk menjadi  Putera Indonesia. Seorang Putera Indonesia juga harus pintar. Bahkan ketika disuruh mengurutkan, Aldi mengatakan, “Yang pertama itu pintar. Kedua cakep, lalu sixpack.”  


Infografis oleh Nora Dian Pratama
Ketika disinggung tentang survei sederhana yang kami lakukan, Aldi merasa hal tersebut sah-sah saja. Masyarakat lebih mengenal pageant sebagai ajang kecantikan wanita dan ketika mendengar male pageant tidak sedikit yang memberikan judge negatif. 

“Memang awalnya itu, kan, Puteri Indonesia. Jadi Putera (Indonesia) ini apa, sih, kok kayak puteri-puterian,” jelas Aldi. “Memang orang belum tahu. Makanya ini tugas saya harus memublikasikan apa itu Putera Indonesia,” lanjutnya.

“Kita hidup tidak bisa membahagiakan banyak orang, mendingan kita berusaha semaksimal mungkin. Mungkin orang belum melihat, ya sudah. Tapi ketika orang sudah melihat, ia akan belajar tentang itu,” pesan Aldi kepada kaum muda. 

Male pageant mungkin belum familier bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Pageant sampai saat ini masih diidentikkan sebagai ajang kecantikan wanita. Namun jangan sampai karena persepsi keliru dari masyarakat malah menghalangi pria untuk mengembangkan potensi dan ikut berlaga di kontes pageant. Apalagi sampai membawa harum nama Indonesia. 

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu