Rasakan Manis-Getir Cinta di Love Lost
Niat awal hanya baca-baca sepintas di halaman awal. Rupanya semakin kubaca, semakin tidak ingin berhenti aku dibuatnya. Buku ini berisi kumpulan puisi, prosa, cerpen, dan kutipan yang ditulis Abdul Qowi Bastian, dosenku di tiga semester berturut-turut.
(Bukan) Pujangga adalah puisi pembuka sekaligus menjadi puisi favoritku di buku ini. Singkat namun membangkitkan libido membaca.
Sebagaimana arus yang menghanyutkan perahu kertas, Love Lost berhasil menganyutkan hati menjadi kondisi tak terdeskripsikan. Sendu? Jelas. Geram? Iya. Hebatnya Qowi, begitu ia akrab disapa, berhasil menyelipkan humor di tengah-tengahnya, dengan puisi berjudul Untuk Dia yang Pernah Mampir.
Jika memang sosok "aku" di buku ini adalah Qowi, ia telah berhasil membuat pembaca menyelami manis-getir kisah cintanya, terbawa ikut bernostalgia, dan bersahabat dengan masa lalunya. Meski seolah menunjukkan Qowi belum bisa berpaling dari kenangan masa lalu bersama sosok "kamu", ia dalam prakatanya mengatakan, "now I've decided to move on from the past, from you, and from this romanticised idea of us, ..."
Terlepas dari sengaja atau tidak, Qowi dalam buku ini membuat pembacanya hanya bisa menerka-nerka kapan tepatnya puisi, cerpen, prosa, dan kutipan itu dibuat walaupun telah disebutkan dalam kurun waktu satu dekade ke belakang.
Yang jelas, buku ini berhasil merilekskanku sesaat dari mumet akibat salindia-salindia bahan ujian. Miliki buku ini dan rasakan manis-getir bersama Qowi.
Terakhir, izinkanlah aku memberikan nukilan bagian favoritku dari Love Lost.
(Bukan) Pujangga
oleh Abdul Qowi Bastian
Aku ini pujangga cinta
bukan pujangga renta
yang rela memandikanmu
dengan kata-kata
yang hanya mampu
diucapkan mata
Dan memang
cuma itu yang kau pinta,
bukan?
Comments
Post a Comment