Posts

Showing posts from October, 2016

Selamat Jalan, Wali Kelas Terhebatku

Image
Pagi-pagi saya sudah dibangunkan oleh notifikasi ponsel saya yang terus berdenting. Setelah mengucek-ngucek mata, saya mengambil ponsel dan terperanjat membaca kabar duka di grup kelas sebelas saya. Ibu Bernadette, yang pernah menjadi wali kelas kami, telah berpulang ke rumah Tuhan. Saya kaget sekaligus tidak percaya membaca isi obrolan di grup kelas saya. Bahkan harus saya baca berkali-kali untuk meyakinkan diri bahwa saya tidak sedang bermimpi. Beberapa bulan belakangan ini kami sempat dibuat cemas karena mendengar beliau terkena penyakit leukimia. Padahal sepengetahuan kami, Ibu Bernadette kelihatan sehat dan baik-baik saja. Kondisi ini membuat beliau harus dirawat di rumah sakit khusus di Jakarta. Ibu Bernadette adalah guru agama di SMA Santa Maria Pekanbaru, dan ketika kami naik kelas dua belas, tepatnya di semester genap, beliau diminta untuk mengajar di SMP. Ibu Bernadette adalah sosok yang menjadi teladan semua murid-murid yang pernah diajarnya. Ibu Bernadette tidak pernah

Konversi Puisi "Gerilya" Menjadi Cerpen: Bebas yang Benar-Benar Bebas

Cerpen ini adalah salah satu tugas mata kuliah Creative Writing, mengonversi puisi menjadi cerpen. Cerpen ini dikonversi dari puisi W. S. Rendra yang berjudul "Gerilya", dengan interpretasi penulis.  Selamat membaca. *** Rerintik hujan yang berpadu dengan aroma rerumputan menyambut pagi di sebuah desa di tepi kota Bandung.  Cericit burung terdengar saling bersahut-sahutan, sinkron dengan sinar matahari yang perlahan mulai mencuat. Dimas, yang hanya tinggal berdua dengan ibunya, baru saja bangun dari tidurnya. Ia berjalan ke arah dapur, menghampiri ibunya. Perempuan paruh baya yang sudah bangun lebih pagi itu sedang berjibaku dengan adonan kuenya.  “Eh, sudah bangun kamu, Nak. Boleh tolong kamu hidupkan dulu tungku itu?” ujar ibunya pelan. Tanpa banyak bicara, Dimas segera menyalakan tungku di dapurnya, sebagaimana rutinitasnya setiap pagi. Sejak kekacauan yang diakibatkan oleh kedatangan Belanda di pusat kota Bandung, Dimas dan anak-anak di desanya terpaksa h

Kathina Bersama 2016: Hari Kathina Tiba, Hatiku Gembira.

Image
Hari Kathina tiba! Hari Kathina tiba! Yeay ! Mungkin ada yang masih bertanya-tanya, apa itu "Kathina"? Apakah itu pedang khas Jepang? Bukan, itu katana. Hari Kathina adalah salah satu hari suci agama Buddha, selain Waisak, Maghapuja, dan Asadha. Hari Kathina memperingati selesainya para bhikkhu menjalankan masa vassa . Di masa vassa selama tiga bulan, para bhikkhu menetap di vihara dan mendalami kembali ajaran Sang Buddha. Tradisi ini dimulai di India, ketika musim hujan tiba, para bhikkhu menetap dan berdiam diri di vihara. Mereka kembali mempelajari ajaran Sang Guru Junjungan. Ini dilakukan agar tumbuhan-tumbuhan yang baru tumbuh di musim hujan dan hewan-hewan kecil yang keluar ketika musim hujan tidak terinjak. Di Hari Kathina, umat bersukacita mempersembahkan keperluan pokok para bhikkhu, seperti jubah, mangkuk patta , obat-obatan, dan alat cukur. Kebetulan, saya dan teman-teman saya menjadi panitia acara Kathina Bersama 2016 di JI-Expo Jakarta yang diselenggarakan

Menyegarkan Diri di Kala Ujian

Image
Ini adalah pertama kalinya saya sebagai mahasiswa baru mencicipi rasanya ujian di bangku kuliah. Ujian tengah semester tepatnya. Siapa yang tidak merasa terbebani dengan ujian? Tapi apabila kita memandang ujian bukan sebagai monster yang mengerikan, ujian akan terasa lebih santai. Saya sendiri memandang ujian sebagai sehabat (jijik, mau muntah). Di sela-sela waktu belajar menghadapi ujian, saya dan beberapa teman sekelas saya menyegarkan pikiran sejenak dengan berolahraga. Sore tadi, kami berbagi keceriaan dengan bermain basket di lapangan basket kampus kami tercinta, UMN. Hanya untuk berasyik-asyik saja karena tidak semua jago mengusai si bundar oranye itu. Tidak lupa kami menyempatkan diri untuk berswafoto ( selfie ) ria. Letih, lelah, bahagia, semua berpadu menjadi satu. Seketika, beban ujian menjadi berkurang.  Usai berolahraga, kami mandi di kos kami masing-masing sebelum berkumpul lagi untuk belajar bersama. Foto ini diambil ketika kami sedang beristirahat.

Mengapa Ilmu Komunikasi?

Seperti yang sudah disinggung di tulisan sebelumnya, saya sedang berkuliah di jurusan Ilmu Komunikasi, jurusan kedua pilihan saya setelah Sastra. Tidak sedikit yang memiliki stereotype  keliru tentang jurusan ini. "Setiap hari udah berkomunikasi, ngapain dipelajari lagi?", "Cuma belajar omong doang, emang elu kagak bisa ngomong?", "Isinya anak-anak yang cerewet semua", "Lulusannya entar jadi MC ya?" dan banyak stereotype lainnya. Tante saya juga pernah bertanya soal jurusan kuliah saya. Tante     : Kamu kuliah jurusan apa? Saya      : Ilmu Komunikasi, Tan... (sambil memamerkan gigi saya) Tante     : Ooo... Ilmu Komunikasi... Saya      : (senyum semakin melebar karena si Tante kelihatannya tahu mengenai jurusan saya) Tante     : Ilmu Komunikasi itu tentang ai-ti (IT) gitu kan, ya? *hening* Saya      : Beh, bukan, Tan. Kaya gimana ya... (mikir bahasa yang mudah dipahami si Tante) Hmm... kaya belajar tentang berita gitu, Tan... (akhirnya

Cie... Sudah Jadi Mahasiswa!

Image
Senang rasanya ketika jari-jari ini mulai menari-nari di atas keyboard laptop. Setelah sekian lama tidak bersetubuh dengan blog ini, akhirnya saya bisa kembali bertemu kangen dengan blog garapan saya ini. Dan untuk Anda, pembaca yang budiman, sepertinya Anda harus memberikan saya selamat kepada dua hal: 1. saya kembali menulis di blog ini; 2. saya sudah resmi menjadi mahasiswa. Yap, saya sudah resmi menjadi mahasiswa di Universitas Multimedia Nusantara, dan berkecimpung di jurusan Ilmu Komunikasi. Walaupun tidak sesuai jurusan awal yang saya inginkan, yakni Sastra Inggris, paling tidak jurusan yang saya geluti kali ini masih ada kaitannya dengan bahasa. Selamat tinggal Sastra Inggris, jurusan idamanku sejak di bangku SMP. Resmi menjadi mahasiswa ternyata tidak mudah. Saya harus melewati badai yang menerpa ( lebay banget) dengan menjalani masa orientasi kampus atau yang disebut OMB UMN (Orientasi Mahasiswa Baru Univerisitas Multimedia Nusantara). Tapi apabila dinikmati, justru ba