Menumbuhkan Budaya Bekerja Sama dengan Alam di Kebun Binatang Ragunan






Antusias pengunjung untuk berfoto di replika jerapah yang ada di lingkungan Kebun Binatang Ragunan pada Senin (20/11) (Agatha Jessica/UMN)

Jangan heran kalau tempat ini selalu ramai, meskipun bukan di akhir pekan. Anda tidak perlu merogoh saku terlalu dalam, cukup empat ribu rupiah saja untuk masuk dan memanjakan mata di Kebun Binatang Ragunan.

Berkunjung ke sini ibaratnya paket lengkap. Anda bisa jalan-jalan sambil menambah pengetahuan, karena pada setiap kandang hewan terdapat papan informasi mengenai hewan yang ada di dalamnya. Mulai dari pengelompokan kelas hewan, distribusi, habitat, pakan, perkembangbiakan, hingga status hewan apakah langka atau dilindungi. Dengan demikian, pengunjung yang membaca bisa lebih peduli dengan binatang yang dilindungi dan terancam punah. 

Pengunjung sedang membaca papan informasi yang ada di kandang burung ara merah sayap hijau. (Agatha Jessica/UMN)

Namun sayangnya, tidak semua kaum muda suka berpergian ke tempat-tempat berbau alam seperti Kebun Binatang Ragunan. Beberapa lebih memilih menghabiskan waktu senggang di mal atau pusat hiburan lainnya. Contohnya seperti Shania Septiana yang berprofesi sebagai penata rias di sebuah studio foto di Jakarta Utara. Ketika ditanya lebih suka ke bioskop atau kebun binatang, ia dengan lantang menjawab bioskop.

“Kebun binatang itu bau, terus takut hitam kepanasan,” kata Shania.                                                               

Kendati demikian, ini bukan berarti semua anak muda tidak suka dengan tempat berbau alam. Buktinya masih ada kaum muda yang menghabiskan waktu senggangnya di Kebun Binatang Ragunan. 

“Karena lebih banyak objek yang menarik di sini. Kalau ke mal ya juga enggak ngapa-ngapain sih,” jelas Fadhil, pengunjung di Kebun Binatang Ragunan. 

Pengunjung sebagian besar memang datang ke Kebun Binatang Ragunan untuk jalan-jalan sekaligus belajar. Bagi yang membawa anaknya, mereka ingin sekalian mengenalkan jenis-jenis hewan pada anak. Misalnya saja Billy yang datang bersama anaknya.

“Kalau [untuk] anak kecil gini pengenalan buat mereka melihat bentuk [hewan] sebenarnya,” ujar Billy. 

Kebun Binatang Ragunan menjadi tempat anak-anak belajar dan mengenal binatang secara langsung. (Agatha Jessica / UMN)

Pengunjung seperti Billy yang datang bersama anaknya juga bisa mengajarkan anaknya untuk cinta dengan hewan melalui kegiatan menunggangi hewan. Ada kuda, gajah, dan unta yang bisa ditunggangi pengunjung dan buah hati mereka, tentunya dengan dipandu petugas kebun binatang. 

Jalan-jalan di Kebun Binatang Ragunan memang asyik dan murah meriah. Tidak hanya melihat hewan-hewan yang beraneka ragam, berkunjung kemari bisa menumbuhkan kesadaran untuk lebih peka dengan alam. 

Kesadaran untuk lebih peka dengan alam harus dikembangkan sejak dini. Ini menjadi penting karena pada kenyataaannya, manusia dan alam adalah satu kesatuan. Jika bukan manusia yang punya akal budi yang merawat alam, siapa lagi yang akan merawatnya? Kita tidak mau alam rusak dan hancur, bukan? Sebab manusia akan rugi apabila alamnya hancur dan rusak.


Oleh sebab itu, kita harus menumbuhkan budaya bekerja sama dengan alam, seperti yang disampaikan Kluckhohn dan Strodbeck melalui orientasi nilai budaya manusia dengan alam.  Berkunjung ke Kebun Binatang Ragunan adalah salah satu caranya untuk mengenal alam lebih jauh.

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu