The Crucifixion: Saat Jurnalis Berhadapan dengan Misteri

Ketika membaca kata "jurnalis" di sinopsis film "The Crucifixion", saya sebagai mahasiswa jurnalistik langsung terangsang. Apalagi mengetahui genre film ini adalah film horor, saya semakin tidak sabaran. Tanpa berbasa-basi, saya langsung cus ke Living World Mall di kawasan Alam Sutera untuk memuaskan gairah saya. 

Secara garis besar, film ini mengisahkan seorang jurnalis bernama Nicole Rawlins yang sangat antusias dan penasaran dengan kasus terbunuhnya seorang biarawati oleh seorang pastur karena ritual pengusiran roh jahat yang diduga bersemanyam di tubuh biarawati tersebut. Ia memelas kepada atasannya agar ia diberi kesempatan untuk meliput kasus yang sedang hangat ini. Di sini terlihat sistematika kerja seorang jurnalis. Si jurnalis, yang diperankan oleh Sophie Cookson, akhirnya terbang ke Rumania untuk menyelidiki kasus yang menjadi buah bibir masyarakat setempat. Ia ingin menguak apa yang sebenarnya terjadi. Tentu yang dilakukan Nicole paralel dengan prinsip pertama jurnalisme, sebagaimana yang tertuang dalam buku The Elements of Journalism karya Bill Kovack dan Tom Rosenstiel,  yakni kewajiban pertama jurnalisme adalah pada kebenaran. Selain itu, sebagaimana yang disebutkan Luwi Ishwara dalam buku Jurnalisme Dasar, seorang jurnalis tidak harus menunggu sampai ada penugasan, tetapi mengembangkan gagasan-gagasan sendiri sebagai bentuk dari keingintahuan. Inilah sikap yang Nicole punyai. 

Narasumber yang pertama kali diwawancarai Nicole ialah sang pastur yang sudah mendekam di jeruji besi. Ia mengeluarkan alat perekam suara dan buku catatannya sebelum memulai proses wawancara. Si pastur mengelak bahwa ia membunuh biarawati. Menurutnya, biarawati tersebut memang kerasukan roh jahat dan ia hampir menyembuhkan biarawati tersebut apabila Uskup Gornik tidak menghentikannya. Uskup Gorik yakin bahwa biarawati tersebut hanya menderita sebuah kelainan jiwa, sebagaimana diagnosis seorang dokter jiwa. Akhirnya karena ritual pengusiran tersebut gagal, biarawati itu dibawa ke rumah sakit namun ia meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit. 

Cerita semakin kompleks dengan bertemunya Nicole dengan narasumber-narasumber lainnya. Fakta-fakta yang diungkap narasumber satu ke narasumber lainnya akhirnya merajut sebuah titik terang dari kejadian ini. Namun di tengah perjalanan Nicole menyingkap kasus ini, ia dihadapkan dengan kegelisahan dan ketidakpercayaannya dengan Tuhan. Hingga akhirnya ia bertemu dengan Pastor Anton yang banyak membantunya, termasuk saat kejadian-kejadian mistik yang dialami Nicole. 

Secara keseluruhan, film ini boleh dikatakan apik. Sebuah kombinasi yang pas antara film berlatar pekerjaan jurnalis dengan sentuhan mencekam layaknya film horor pada umumnya. Namun ada beberapa adegan yang kurang rapi. Misalnya saat Nicole yang terbangun karena mendengar suara mistis di kamar hotelnya, kancingnya piyamanya terbuka dan hampir memperlihatkan bagian buah dadanya. Namun saat adegan Nicole bangkit dari ranjang dan berjalan ke asal suara, tiba-tiba piyamanya sudah terkancing. 

Film ini wajib ditonton bagi Anda yang ingin mengetahui cara kerja seorang jurnalis. Terutama bagi mahasiswa jurnalistik, film ini tidak boleh dilewatkan. 

"Hayo, Wir, ntar kerjaan elu kaya gitu, masih mau jadi jurnalis, Wir?" celetuk teman saya sambil cengengesan usai menonton film "The Crucifixion". 

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu