Pernah Terucap dari Bibirnya

Ada orang yang tersinggung dibilang hitam, tapi pernah terucap dari bibirnya, "Kok mukanya tua banget, ya?"

Ada orang yang marah dibilang gendut, tapi pernah terucap dari bibirnya, "Eh, ternyata dia buncit!"

Ada orang yang tidak mau dibilang pendek, tapi pernah terucap dari bibirnya, "Lihat deh, dia ceking banget!"

Ada orang yang tidak mau dibilang pesek, tapi pernah terucap dari bibirnya, "Jidatnya lebar banget kayak lapangan bola!"

Terdengar sepele, tapi apa yang pernah terucap dari bibir mampu menjelma menjadi bisa berbahaya, membuat siapa saja yang mendengar jadi nyelekit rasanya.

Karena cibiran-cibiran itu, ada orang yang jadi maksa pengin putih, pengin langsing, pengin mancung, pengin berisi, tapi mereka tidak nyaman melakukannya. Mereka mengidolakan sesuatu karena lingkungan sosialnya menuntut demikian. Tubuh ini seolah-olah bukan lagi miliknya ketika ia maksa pengin ini, pengin itu.  Bukankah tubuh ini milik kita, bukun milik mereka?

Selagi nyaman dengan dirimu apa adanya, jangan hiraukan omongan mereka. Beda halnya jika kemauan bertransformasi itu datang dari diri sendiri, akan lebih nikmat dan puas rasanya. Kita lakukan perubahan demi aktualisasi diri menjadi lebih baik, bukan demi memenuhi kata mereka.

Apa yang pernah terucap dari bibir tidak seharusnya mengiris. 

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu