'Berkenalan' dengan Chairil

Apa puisi karya sastrawan Indonesia yang pertama kamu baca? Masih ingat atau sudah lupa?

Saya masih ingat jelas. Saat itu,  ketika MOS di SMP, setiap kelas harus menampilkan sebuah penampilan bersama-sama. Berhubung wali kelas baru kami saat itu, Ibu Rosmawati Nainggolan, adalah seorang guru bahasa Indonesia, beliau menyarankan kami untuk menampilkan sebuah musikalisasi puisi. Kami dengan kompak langsung menyepakati.

Kami menyiapkan alat musik dari botol yang diisi pasir. Kemudian, seraya memainkan alat musik sederhana buatan kami,  dan dengan dipandu Ibu Rossi (begitu beliau akrab disapa), kami melantunakan baris demi baris puisi yang sontak membuat saya merinding terpukau-pukau. Puisi itu berjudul Aku, karya Chairil Anwar. Saat itulah pertama kali saya berkenalan dengan nama Chairil. Saat itulah pertama kali saya membaca (sekaligus menyanyikan) puisi legendaris ini, yang membuat kelas kami meraih predikat penampilan terbaik. Ah, senang sekali. Ingin rasanya saya kembali ke masa-masa itu.

Hari ini, di Hari Puisi Nasional, saya kembali mengenang momen istimewa enam tahun lalu itu. Puisi Chairil berhasil membuat saya jatuh cinta dengan bahasa dan sastra. Apalagi sejak diajar oleh Ibu Rossi, pelajaran Bahasa Indonesia menjadi pelajaran yang paling saya suka.

Untuk mengenang momen indah enam tahun lalu saat saya berkenalan dengan puisi Aku, mari kita bersama-sama membacakannya. (Suasana khusyuk seperti upacara)

Aku
Chariril Anwar

Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Selamat Hari Puisi Nasional!

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu