Posts

Showing posts from March, 2017

Puisi Adalah Mesin Waktu

Image
Membaca puisi "Batas" karya Aan Mansyur kembali menerbangkan ingatan saya ke memori satu tahun lalu. Saat itu remaja-remaja, baik yang baru puber atau yang sudah lama putus-nyambung cinta, sedang dihebohkan dengan penayangan film Ada Apa dengan Cinta 2 atau AADC 2 di bioskop. Saya ingat jelas bagaimana teman-teman saya mabuk dan tergila-gila dengan film itu. Jujur, saat itu saya sama sekali tidak tertarik untuk menonton film AADC 2 . Ketika diajak oleh teman-teman saya untuk menonton film itu, saya dengan bersikukuh mengatakan "tidak".  Saat itu yang ada di pikiran saya mengenai AADC 2 adalah film cinta-cintaan remaja yang bertepuk sebelah tangan, galau, dan akhirnya bertemu dengan pujaan hati yang lain. Tapi semakin saya bersikukuh menolak ajakan teman-teman saya, semakin gencar pula mereka mengajak saya. Apalagi, salah seorang teman saya sudah ada yang sudah menontonnya terlebih dulu, lalu dengan penuh menggoda mengatakan kepada saya, "Wir, kau haru

Puisi: Si Pencari

Image
Semua bermula dari malam itu, ketika saya menemukan poster yang dipampang oleh dosen saya, Mr Abdul Qowi Bastian, di Instastory -nya. Di poster itu, portal berita daring Rappler Indonesia mengajak para pembacanya untuk berpartisipasi mengirimkan puisi, memperingati Hari Puisi Sedunia pada 21 Maret 2017.  Saya yang sudah lama tidak menulis puisi, tiba-tiba saja bergairah ingin berpuisi lagi. Alhasil, jadilah puisi pertama saya di 2017, yang berjudul "Si Pencari", yang akhirnya terpilih menjadi lima puisi pilihan redaksi Rappler Indonesia ( lihat di sini ). Saya juga sempat membacakan puisi ini dengan diiringi musik oleh teman saya, Timothy Juliano dan Emanuela Lintang. Yuk, dengarkan puisi saya   di sini Selamat Hari Puisi Sedunia!  (walaupun saya telat mengeposkannya di blog ini).

Resensi Buku: Metafora Padma

Image
Judul : Metafora Padma Jenis : Kumpulan cerpen Penulis         : Bernard Batubara Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama Jumlah Halaman : 157 halaman Tahun Terbit : 2016 Bagaimana sensasi melahap metafora? Silakan nikmati sendiri, tenggelam, dan hanyut bersama metafora dalam kumcer Bernard Batubara yang satu ini.  Kumcer Metafora Padma menyuguhkan empat belas cerpen pilihan yang mengungkapkan suatu pesan tersirat menggunakan metafora, lalu dikemas dengan alur cerita yang memikat. Anda akan menemukan topik-topik seputar pertumpahan darah, polemik asmara, kehangatan keluarga, hingga perihal agama. Ada sebuah pemikiran yang coba dipaparkan penulis, yang mungkin akan mengubah cara pandang Anda mengenai suatu fenomena. Beberapa cerpen terkesan berat, namun selebihnya tergolong ringan meski diselimuti perumpamaan-perumpamaan. Saya jadi ingat saat saya membeli buku ini. Kala itu saya sedang mengunjungi sebuah toko buku di dalam sebuah mal sembari

Bahagia karena Melepas, Menderita karena Melekat

Hati saya bergetar ketika membaca tulisan yang ditempel di bagian belakang sebuah mobil, yang saya jumpai di tengah jalan. Tulisan itu berbunyi, “Bahagia karena melepas, menderita karena melekat.”  Apabila hanya membaca tulisan itu secara sekilas, akan timbul sebuah kebingungan. Apakah dengan melepaskan sesuatu bisa membuat kita bahagia? Bukankah hati kita terasa berat saat ingin melepaskan sesuatu, apalagi sesuatu yang sudah terlanjur kita senangi? Di sisi lain, apabila kita membaca tulisan itu dengan saksama, makna yang disampaikan justru akan berbeda. Tulisan tersebut sebenarnya menggambarkan suasana hati saat kita memberikan sedekah atau derma. Saat berderma, kita telah melepas sebagian yang kita miliki demi membantu orang lain yang kekurangan. Disadari atau tidak, ketika kita bersedekah atau berderma, ada sebuah perasaan bahagia yang timbul karena melihat orang lain bahagia menerima pemberian kita. Setidaknya, walaupun tidak diberikan secara langsung ke orangnya—alias me