Kelar Ujian saatnya ke Dufan

Yeay! Akhirnya usai juga ujian akhir semester. Enaknya ngapain, ya? Berhubung saya suka makan sate padang, akhirnya kami memutuskan untuk berlibur ke Dufan. (lho, apa hubungannya?)

Yap, pada hari Selasa, 17 Januari 2017, saya dan empat teman saya menghabiskan waktu liburan dengan bermain di Dufan. Kami sudah bersiap-siap dari Gading Serpong sekitar pukul delapan. Perjalanan ke Dufan cukup memakan waktu karena kami salah mengambil jalur. Seharusnya kami menggunakan jalur tol tetapi malah beralih ke jalan biasa.

Lebih kurang dua jam perjalanan, akhirnya kami tiba di Dufan. Lagu khas Dufan sontak beriring-iringan menggelitiki telinga kami, membuat kami semakin tidak sabar. Kami membeli tiket dan langsung cusss masuk. Dan tidak lupa, untuk mengabadikan keseruan kami di Dufan, salah satu teman saya, Vio mencoba untuk mendokumentasikannya dalam bentuk vlog (video blog). Nanti kalau vlog-nya sudah jadi akan saya unggah ya…

Kiri ke kanan: Abel, Adel, Vio, Veren, dan saya.

Wahana pertama yang kami mainkan adalah Histeria. Dari kejauhan, wahana ini terlihat sangat mengerikan. Penumpang akan diangkut naik ke atas dengan kecepatan tinggi dan akan dihempas ke bawah lalu ke atas lagi. Saya yang dari jauh merasa sangsi ingin mencoba wahana ini akhirnya memberanikan diri. Tidak lama mengantre, tibalah giliran kami. Setelah memastikan sabuk pengaman terpasang, tanpa memberi aba-aba, kami langsung diangkut ke atas dengan sangat cepat. Suara teriakan penumpang pecah ketika berada di atas. Ketika kami akan dhempas lagi ke bawah, jantung ini serasa mau copot dari rongga dada. Sayangnya, durasi permainan ini sangat cepat dan bisa dibilang nggak terasa. Tidak sampai satu menit kalau tidak salah. 

Setelah puas dengan “pemanasan”, kami berbondong-bondong menuju wahana Kora-Kora. Wahana ini merupakan salah satu wahana favorit di Dufan. Terbukti dari antreannya yang sepanjangn ular naga (nggak se-lebay itu juga, sih). Setelah menunggu cukup lama, kami akhirnya dipersilah masuk dan menempati posisi yang kami inginkan. Saya yang diajak Abel, akhirnya memilih duduk di deretan kursi paling belakang. Katanya, duduk di deretan kursi paling belakang itu paling terasa sensasinya. Dan benar saja. Sensasinya itu… poll!!! 

Usai memainkan Histeria dan Kora-Kora, Vio, Veren, dan Abel memutuskan untuk menuju ke lokasi wahana Tornado. Untuk wahana ini, jujur saja, saya tidak berani mencobanya. Bukan karena takut atau bagaimana, tetapi karena saya dijamin akan muntah. Baru melihat penumpangnya diguncang, diputar-putar, dan dikocok sudah membuat saya mual. Apalagi kalau saya disuruh menaiki wahana ini. Saya tidak mau membayangkannya. Satu teman saya, Adel juga memegang teguh prinsip yang sama dengan saya (azeek). Ia juga tidak menaiki wahana ini. Akibatanya, kami berdua mendapatkan jatah untuk merekam Veren, Abel, dan Vio yang hobinya diguncang (apalagi oleh urusan cinta).

Kami menuju wahana selanjutnya, yaitu roller coster atau yang lebih akrab disebut Halilintar di Dufan. Baiklah, harus saya akui sebenarnya saya juga keringat dingin melihat wahana ini. Tetapi karena wahana ini tidak mengguncang dan memutar-mutar penumpangnya, saya memberanikan diri. This is literally my first time riding this. Begitu pengaman dipasang, wahana ini langsung berjalan pelan mengikuti lintasannya, dan begitu sudah berada di puncak lintasan, wahana ini langsung meluncur dengan kecepatan angin ke bawah. Lagi-lagi jantung saya terasa seperti mau copot. Abel yang duduk di sebelah saya, sibuk menertawakan saya ketika mendengar saya berteriak histeris. Kurang ajar, ya!

Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul dua belas lewat. Perut kami yang sudah keroncongan karena tidak sarapan, langsung berburu mencari tempat makan. Kami memilih untuk makan di Mekdi. Dan jika kalian ingin tahu bagaimana orang kelaparan akan bereaksi ketika disodorkan makanan, maka lihatlah kami. Kami berlima makan dengan sangat lahap dan brutal!

Usai mengisi energi, kami berjalan menuju wahana Ice Age. Wahana ini akan membawa pengunjung untuk berjelajah mengelilingi zaman es dengan perahu ala-ala film Ice Age. Namun yang membuat wahana ini seru adalah sensasi jatuh dari ketinggian kira-kira empat meter dan langsung diguyur air yang dinginnya membuat sekujur tubuh menggigil. Akhirnya kami semua kebasahan. 



Karena sudah terlanjur basah, kami tidak mau tanggung-tanggung. Kami menuju ke wahana Arung Jeram. Wahana ini lebih ekstrem karena pengunjung akan merasa seolah-olah sedang berada di sungai dengan arus eksrem sungguhan. Tidak lupa dengan guyuran air yang membuat baju-baju kami semakin basah kuyup.

Si Veren sampai memakai jas hujan supaya bajunya tidak basah.

Setelah puas basah-basahan, kami menyempatkan diri untuk mengganti baju sebelum kemudian mengnjungi wahana Panic House. Wahana ini memanjakan pengunjung dengan sensasi nonton film empat dimensi. Kebetulan film yang diputar saat itu adalah film tentang rumah hantu. Tidak heran apabila selama menonton, terdengar teriakan pengunjung lainnya yang ketakutan. 

Hari sudah semakin sore. Jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Kami kemudian bersiap-siap untuk pulang. Tetapi sebelum pulang, kami tidak lupa untuk menaiki wahana yang akan Anda lihat pertama kali begitu menginjakkan kaki di Dufan, yakni komidi putar. Dengan kuda-kudaan yang naik-turun berotasi dengan pelan dan ditambah lagi dengan musisi yang memainkan musik tepat di samping wahana ini, menjadikan wahana ini penutup yang ideal dalam kunjungan kami ke Dufan pada hari ini. 


Badan sudah pegal-pegal kelelahan, dan akhirnya kami pulang ke Gading Serpong dengan batin terpuaskan. Terima kasih untuk keseruannya, teman-teman!

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu