Jadi Guru Satu Hari

Anda boleh tidak percaya, cita-cita saya dulu adalah ingin menjadi guru. Hari ini, saya diberi kesempatan untuk merasakan bagaimana menjadi seorang guru.

Saya dan dua rekan sekelompok saya, Neysa dan Tio,  hari ini mengunjungi SDN Cihuni 2 untuk melakukan penyuluhan mengenai menulis kreatif. Pagi-pagi pukul delapan, kami sudah berada di lokasi. Kami mendapat kelas yang berisi murid-murid kelas lima, dan ketika melihat kami masuk, mereka menyambut kami dengan sangat antusias. Saat kami menyampaikan materi pun, anak-anak di kelas ini sangat interaktif dan semangat menyimak.



Namun saya tidak akan membahas mengenai materi yang kami berikan di kelas. Melainkan, ada  kejadian yang jauh lebih penting daripada uraian materi, yang menyentil hati kecil saya. Anak-anak di kelas ini sangat kompak dan saling peduli.

Pada saat itu, saya sedang menghapus tulisan di papan tulis dengan penghapus papan tulis biasa, namun tulisan di papan tulis itu tidak bisa hilang sepenuhnya.

"Harus pakai semprotan pembersih, Kak, kalau mau hapus papan tulis," sorak salah satu dari mereka.

Tanpa diinstruksi, beberapa dari bocah-bocah cilik ini langsung maju ke depan kelas dan mengeluarkan semprotan pembersih dari lemari. Mereka menyemprot papan tulis dan membersihkannya dengan alat lap khusus. Saya sangat salut melihat rasa solidaritas mereka.

Kelas ini juga tergolong kelas yang kondusif. Begitu kami menginstruksikan untuk tenang, dalam hitungan detik mereka langsung tenang dan memfokuskan perhatiannya pada kami.

Kejadian berikutnya tidak kalah membuatku kagum. Di tengah-tengah penjelasan yang kami berikan, tiba-tiba seorang anak yang duduk di belakang berteriak "bauk" dari tempat duduknya. Ternyata ia tidak sengaja menumpahkan botol air minum yang sudah lama tersimpan di dalam laci. Bau apek pun menyeruak ke seluruh ruangan. Tanpa kami komando, beberapa dari mereka langsung refleks mengambil kain lap dan semprotan pembersih untuk mengelap lantai yang terkena tumpahan air. Setelah itu, mereka kembali tenang dan memerhatikan kami.

Tidak banyak anak-anak yang bisa dengan refleks melakukan hal seperti ini. Apalagi untuk ukuran bocah kelas lima SD. Rasa simpati dan kepedulian mereka dengan kelas dan teman-teman mereka sangat tinggi dan patut diacungkan jempol.

Saya bangga bisa berbagi pengalaman di kelas ini. Memberikan materi di kelas ini seolah menerbangkan ingatan saya kembali pada cita-cita saya dulu. Walaupun hanya satu jam bersama mereka, saya bisa merasakan hangat dan keceriaan bocah-bocah polos ini. Setidaknya, saya bisa merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang guru, walaupun hanya satu hari.





Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu