Pengalaman Syuting di Hutan
Bagi sebagian besar orang, memasuki hutan adalah ide konyol yang
tidak menggairahkan untuk dilakukan. Tapi bagi kami, memasuki hutan
adalah sebuah pengalaman baru yang menakjubkan.
(Kiri ke kanan: Eccel, Ivana Joy, Wirawan, Ida Romasta, Ananda Firman, Viancqa)
Sabtu lalu (23/01), kami tim pembuat film pendek lomba Short Movie SMAYAVA, menginjakkan kaki di sebuah hutan di tepi kota. Kami yang berangkat dari sekolah menggunakan mobil, harus memarkirkan mobil kami terlebih dahulu di halaman rumah salah seorang warga. Setelah meminta izin, kami menapak kaki memasuki paru-paru alam ini.
Perjalanan tidak terasa jauh, sebab sepanjang perjalanan, kami selingi dengan bernyanyi dan berfoto ria. Memasuki hutan artinya kami harus melewati sebuah hamparan kebun kelapa sawit terlebih dahulu. Kebun kelapa sawit itu membentang luas dengan pohon-pohon kelapa sawit yang bebaris rapi. Beberapa meter ke depan, barulah kami disambut dengan hamparan hutan yang rimbun.
Kedatangan kami disambut dengan akar-akar tanamanan yang bergelantungan. Nyamuk-nyamuk juga menjalari tubuh kami. Untungnya, kami tidak lupa membawa lotion antinyamuk.
Tiba di dalam hutan, kami langsung bergerak cepat. Tujuan awal kami adalah untuk syuting. Adegan demi adegan kami ambil. Hasilnya? Memuaskan! Tidak ada suara apapun kecuali suara degub jantung alam. Suara jangkrik, ciutan burung, dan deheman katak menemani kami. Usai syuting, kami memuaskan dahaga kami, para pecinta fotografi, untuk berfoto.
Beberapa menit kemudian, kami keluar dari hamparan hijau itu. Berhubung waktu juga sudah menunjukkan petang. Perjalanan pulang kami terasa lebih cepat, entah mengapa. Di setiap langkah kami, kenangan memasuki hutan yang perawan masih begitu membekas. Sudah susah mencari hutan yang perawan di Pekanbaru. Mungkin lain waktu, kami berharap masih berkesempatan mengunjungi hutan, rumah alam.
Sabtu lalu (23/01), kami tim pembuat film pendek lomba Short Movie SMAYAVA, menginjakkan kaki di sebuah hutan di tepi kota. Kami yang berangkat dari sekolah menggunakan mobil, harus memarkirkan mobil kami terlebih dahulu di halaman rumah salah seorang warga. Setelah meminta izin, kami menapak kaki memasuki paru-paru alam ini.
Perjalanan tidak terasa jauh, sebab sepanjang perjalanan, kami selingi dengan bernyanyi dan berfoto ria. Memasuki hutan artinya kami harus melewati sebuah hamparan kebun kelapa sawit terlebih dahulu. Kebun kelapa sawit itu membentang luas dengan pohon-pohon kelapa sawit yang bebaris rapi. Beberapa meter ke depan, barulah kami disambut dengan hamparan hutan yang rimbun.
Kedatangan kami disambut dengan akar-akar tanamanan yang bergelantungan. Nyamuk-nyamuk juga menjalari tubuh kami. Untungnya, kami tidak lupa membawa lotion antinyamuk.
Tiba di dalam hutan, kami langsung bergerak cepat. Tujuan awal kami adalah untuk syuting. Adegan demi adegan kami ambil. Hasilnya? Memuaskan! Tidak ada suara apapun kecuali suara degub jantung alam. Suara jangkrik, ciutan burung, dan deheman katak menemani kami. Usai syuting, kami memuaskan dahaga kami, para pecinta fotografi, untuk berfoto.
Beberapa menit kemudian, kami keluar dari hamparan hijau itu. Berhubung waktu juga sudah menunjukkan petang. Perjalanan pulang kami terasa lebih cepat, entah mengapa. Di setiap langkah kami, kenangan memasuki hutan yang perawan masih begitu membekas. Sudah susah mencari hutan yang perawan di Pekanbaru. Mungkin lain waktu, kami berharap masih berkesempatan mengunjungi hutan, rumah alam.
Comments
Post a Comment