Resensi Film: Gaby dan Lagunya












Judul Film          : Gaby dan Lagunya
Sutradara           : Nayato Fio Nuala
Penulis Naskah   : Viva Westi, dkk.
Penulis Asli        : Agnes Davonar 
Produksi            : Batavia Picture
Tahun Produksi  : 2010
Pemain Film       : Karina Nadila (Gaby), Guntur Triyoga (Popo), Rendy Kjaernett (Nando), Leylarey (Gita), Gege Elisa (Angel), Soraya Putri (Agnes), dll.

Siapa yang tidak kenal anak band? Hampir tidak ada satu pun orang yang tidak mengenal anak band. Citra yang selalu melekat pada anak band inilah yang diangkat Tim Produksi untuk melatarbelakangi pembuatan film. 

Semua kisah haru ini dimulai di saat Gaby yang bertemu Popo secara tidak sengaja di depan kafe Gaby. Saat itu, Popo sedang kehujanan, dan Gaby pun menyuruhnya masuk ke dalam dan menikmati secangkir teh. Perkenalan hangat di antara mereka akhirnya terukir. Lewat perkenalan itu, Gaby tahu bahwa Popo adalah seorang gitaris di bandnya. Melihat Gaby sangat antusias ingin belajar gitar, Popo pun membuat janji ke Gaby untuk mengajarinya gitar – hitung-hitung juga mau membayar kebaikan Gaby yang telah mengajaknya mampir ke kafenya. Lewat perkenalan pertama itu, benih-benih cinta sudah tertabur di antara kedua insan manusia ini. Lewat bagian ini, penulis mengajarkan arti berbalas budi yang sesunggunya. Popo  memenuhi janjinya. Ia mengajari Gaby bermain gitar dengan romantis dan ia juga memberikan gitar kesayangannya ke Gaby. Karena ia merasa, ada sesuatu yang berbeda dalam diri Gaby.

Suatu hari, Popo mampir kembali ke kafe Gaby untuk mengajaknya berkencan. Ia mengajak Gaby ke kafe tempat di mana ia bersama Nando, Gita, Angel, dan Agnes latihan band. Karena Gita belum datang – sudah menjadi kebiasaannya selalu telat – akhirnya, Popo menyuruh Gaby untuk menggantikannya. Gaby sama sekali tidak tahu harus berbuat apa, ia sama sekali tidak berlatar belakang musik. Namun, dorongan dari teman-teman Popo membuatnya bersedia bernyanyi menggantikan Gita. Tak disangka, suara Gaby begitu menggelora dan melekat di hati setiap orang yang mendengarnya, sehingga membuat seorang produser musik tertarik dan mau mengontraknya menjadi penyanyi di perusahaan musiknya. 

Sungguh, keberadaan Gaby membuat keberuntungan bagi Popo, Nando dan temannya bandnya yang lain. Hingga akhirnya, semua anggota band sepakat untuk menggatikan posisi Gita – vokalis sebenarnya – dengan Gaby. Gita dianggap ugal-ugalan dan sering melanggar komitmen kelompok. Tidak hanya berbenih cinta di hati Gaby, Popo sebelumnya juga pernah memupuk asmara dengan Gita. Mereka juga pernah melakukan hubungan luar-nikah sehingga menjadikan Gita berbadan dua. Namun, hal itu masih belum diketahui Popo hingga akhirnya Popo  merasa tidak ada kecocokan lagi dengan Gita, ia pun memutuskannya. Kini, cintanya sudah bersemi di hati Gaby. 

Gita sangat kesal dengan kehadiran Gaby. Tidak hanya merenggut posisinya di band, Gaby juga telah merebut Popo dari hatinya. Popo tidak hanya dipusingkan dengan kondisi Gita yang tidak terima dikeluarkan dari band, tapi Popo juga harus dipusingkan dengan kondisi Bundanya yang mengalami gangguan psikis karena ditinggal suaminya. Selama berpacaran dengan Gaby, sebetulnya Popo juga masih menyimpan perasaan dengan mantannya, Gita. Mereka sempat terlihat berduaan oleh Gaby, ketika Gaby ingin memberikan sesuatu ke Popo. Hati Gaby sangat sakit ketika melihat dengan mata kepalanya sendiri, sang kekasih telah berpelukan dengan Gita, mantannya. Ia hanya bisa terus menangis dan menangis. Namun, ia harus bisa mengeri Popo, mungkin Popo masih ingin mengurusi Gita terlebih dahulu. Meski harus merasakan duka, ia perlahan mulai memberikan rasa pengertian pada Popo.

Suatu hari, Popo dikejutkan dengan keadaan Gita yang pingsan sambil bercucuran darah. Ia panik dan segera membawa Gita ke rumah sakit. Untung nyawa Gita masih bisa terselamatkan. Gaby yang mendengar kabar itu juga sempat menjenguk Gita di rumah sakit. Di rumah sakit, Gita akhirnya meminta maaf kepada Gaby, karena ia telah membuat Gaby susah dan cemburu. Gaby pun memaafkannya dan memberikan pengertian yang besar.  Pada bagian ini, penulis menunjukkan sosok Gaby yang begitu pengertian dan pemaaf. Sosok Gaby seperti ini memang harus ditiru.

Di sisi lain, band yang dinaungi Popo, Nando, Gaby, Agnes, dan Angel sudah sah akan dikontrak oleh produser musik yang kemarin melihat mereka manggung. Namun, karena pada saat penandatanganan kontrak Popo belum datang – karena Popo adalah leader – kontrak tersebut belum 100% sah. Semua anggota panik memikirkan Popo yang masih tak kunjung datang meski sudah ditunggu sangat lama. Mereka tidak tahu bahwa ternyata, Popo tertimpa nasib yang sial. Dalam perjalanannya menuju studio musik tempat penandatanganan kontrak, ia tertabrak oleh sebuah mobil, dan kondisinya pun sangat kritis dan dilarikan ke rumah sakit. Nando yang pertama kali mengetahui peristiwa itu dari teleponan polisi pun langsung pergi ke rumah sakit tempat Popo dilarikan. Peristiwa itu akhirnya terdengar oleh Gaby. Bersama Agnes dan Angel yang tampak menenangkannya, mereka datang ke rumah sakit menyusul Nando. Gaby sangat shock. Ia segera berlari ke ruang ICU dan mendapatkan bahwa sang pujangga hatinya telah terbaling kaku dengan bercucuran darah di wajahnya. 

Gaby sangat merasa kehilangan akan kepergian Popo, sang kekasih yang begitu mendadak. Ia selalu saja murung semenjak kejadian itu. Untuk mengatasi kemurungannya, ia pergi ke sebuah tempat yang sering dikunjungi Popo, sebuah danau yang sangat indah mempesona. Ia ingat saat pertama Popo mengajaknya duduk berduaan di tempat yang bak surga itu. Dengan kabut-kabut yang menghiasi, Gaby terduduk dan mengenang semuanya. Namun, di saat ia termenung, ia melihat sosok Popo di seberang danau. Ia yakin itu adalah Popo. Popo juga sempat tersenyum padanya. Dengan menuliskan surat terlebih dahulu, dan meninggalakan surat itu bersama gitarnya, ia segera menyusul Popo. Dengan diiringi lantunan lagu "Jauh" ending film ini sangatlah menguras haru dan tangis. Tampak pula Nando yang datang ke tempat itu lalu sedih melihat Gaby telah menyusul Popo pergi. Yang tersisa hanyalah gitar Gaby, surat dan sepatunya berdiam beku di tepi danau menatapi si empunya telah tiada.

Sebuah film yang patut ditonton oleh kita sabagai remaja penerus banggsa. Lewat film ini, kita belajar banyak hal. Kita belajar, tidak semua anggota band itu bercitra buruk. Tidak semua anggota band itu ugal-ugalan. Masih ada anggota band yang tegas dan bertanggung jawab seperti yang digambarkan Nando – salah satu personil yang menginginkan bandnya bebas dari narkoba dan free-sex. Dan yang paling penting, kita dapat belajar bahwa cinta sangat penuh pengorbanan. 

Resentator: Wirawan

Comments

Popular posts from this blog

Tata Ibadah dalam Agama Buddha

Resensi Buku: Four A Divergent Collection

Agama Sikh di Indonesia: Mengumpet di Balik Nama Hindu